Kisah Tisu dan Kertas

Suatu hari disebuah swalayan terdengar percakapan antara kertas dengan tisu. 



Kertas : “Hai tisu, kamu itu benda tipis dan lemah sekali. Tempatmu di toilet-toilet dan digunakan hanya sebagai mengelap kotoran. Tidaklah kau se-berguna aku. Tempatku dimeja-meja pegawai dan pelajar. Aku digunakan untuk menampung dan merekam ilmu-ilmu yang menjadikan manusia pintar. Sungguh kamu amatlah terbuang, tissue”. Cetus kertas dengan sangat sombongnya.



Tissue : “Aku tidaklah menyesal dengan keberadaanku wahai kertas yang baik hati. Biarpun aku tipis, lemah dan tempatku di toilet-toilet. Aku bangga, ikhlas menjalani tugas yang ku anggap amatlah mulia. Aku rela kotor demi membersihkan kotoran manusia. Aku bisa menggantikan posisi air untuk istinja’(bersuci/cebok) ketika manusia tidak menemukan air sedikitpun, hingga akhirnya ibadah mereka bisa sah karena kotorannya telah bersih. Dan itu sebuah penghargaan buatku, terlebih ketika aku bisa menyentuh kelembutan kulit bayi. Meskipun akhirnya aku harus terbuang”.


Disela-sela perbincangan mereka ada selembar kertas berwarna yang begitu cantik berkata.

“Hai kertas, kenapa kamu harus mencela tissue? Bukankah kita terbuat dari bahan yang sama? Kita sama-sama terbuat hanya dari getah kayu dengan daun berduri. Mengapa tissue lemah dan tipis? Karena dalam masa pengeringan dia cukup membutuhkan satu jenis rool dryer yaitu yankee dryer. Tidak seperti kita yang harus menggunakan 5 roll dryer untuk kering.  Bukankah tissue lebih sederhana pembuatannya? Tapi tugas dia begitu mulia dibandingkan kita. Tidaklah pantas jika kamu mengatakan hal itu tadi. Tidak ada alasan untuk menyombongkan diri. Tissue yang diciptakan dengan pengolahan yang sederhana saja bangga dengan tugasnya yang begitu mulia, kenapa kita harus sombong sedang kita memerlukan banyak bahan dan pengolahan. Sungguh seharusnya kita yang malu. Karena setiap sesuatu yang diciptakan tidaklah ada yang lebih berguna. Yang terpenting adalah kita bisa menghargai dan menjalankan tugas kita dengan baik, dengan tanpa mencari keburukan benda lain.”


Seketika si kertas tertunduk dan mengakui kebodohannya.


Kawan…. Begitu juga dengan manusia. Kita sama-sama diciptakan dari sari pati tanah yang kemudian oleh Allah ditiupkan ruh di dalamnya. Kalau disamakan dengan kisah diatas, kita sama. Tidak ada alasan untuk menyobongkan diri. Allah menciptakan segala sesuatu di dunia ini pasti punya kelebihan dan kekurangan, ada manfaat dan madharatnya. Bersyukur adalah cara paling ampuh dalam mengatasi semuanya. SEMANGAT!!


Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement