Renungan
Seorang anak kecil dan ibunya sedang berjalan di
sebuah gunung. Tiba-tiba anak itu tergelincir dan menjerit, “Aaaaahhhh!!!”
Betapa kagetnya dia, ketika mendengar ada suara dari balik gunung,
“Aaaaahhhh!!!”
Dengan
penuh rasa ingin tahu, dia berteriak, “ hai siapa kau?” Dia mendengar suara
lagi di balik gunung, “hai siapa kau?”
Dia
merasa di permainkan dan dengan marah dia berteriak lagi, “kau pengecut...!”
sekli lagi terdengar suara dari balik gunung , “ aku pengecut”...!”
Dia
menengok pada ibunya dan bertanya, “Ibu, sebenarnya apa yang terjadi?”
Ibunya
tersenyum dan berkata, “anakku mari perhatikan ini”. Kemudian dia berteriak
sekuat tenaga pada gunung, “ aku mengagumimu...!”, dan suara itu menjawab, “aku
mengagumimu...!”
Anak
itu merasa terheran-heran, dan tidak paham apa maksud Ibunya, kemudian ibunya
mejelaskan: “Nak, oarang-orang menyebutnya GEMA, tetapi sesungguhnya inilah
yang dimaksud dengan hidup
itu. Dia akan mengembalikan padamu apa saja yang kau lakukan dan katakan. Hidup
kita ini hanyalah refleksi dari tindakan kita. Bila kau ingin mendapatkan lebih
banyak cinta kasih di dunia
ini, maka berikanlah cinta kasih dari hatimu. Bila kau ingin mendapatkan
kebaikan dari orang lain, maka berikanlah kebaikan dari dirimu. Hidup akan
memberiakn apa yang telah kamu berikan padanya. Maka sebenarnya hidup itu bukan
suatu kebetulan. Hidup adalah pantulan dari dirimu”.
Dan apa itu hidup menurut mahasiswa STIT Al-Muslihuun?????????......
sebagai seorang mahasiswa tentu anda-anda semua mempunyai paradigma yang luas
tentang apa arti sebuah kehidupan.
By:
Karis Sultoni Ahmada semester 3
Makna
Kehidupan ….
Pada
hakekatnya hidup itu adalah suatu perjalanan atau perjuangan manusia ataupun
mahluk hidup yang lahir ke dunia sampai menuju tahap dewasa, dan sampai mereka mendapatkan
sesuatu yang di inginkan, serta sampai mereka kembali kepada yang
menciptakannya.
Maknana
sebuah kehidupan itu sebenarnya luas sekali kalau kita mampu menerjemahkannya,
tetapi kita hanya bias mengetahui dan menjelaskannya hanya dengan sepengetahuan
kita saja.
Kita
pun pernah mengenal dan mengetahaui orang-orang yang bias sukses di dunia itu
karena apa….? Orang-orang yang sukses itu hanya hidup dari kesederhanaan,
ihklas, sabar dan tekun berusaha serta selalu bersyukur atas segala nikmat yang
diberikan Allah SWT. Orang-orang yang bisa sukses itu, justru kebanyakan bukan
berasal dari golongan atas melainkan dari golongan menengah ke bawah, dan
itulah yang membekali mental mereka untuk bisa
bertekad lebih maju dan mengubah pola fikir serta kehidupan mereka
menuju kea rah yang lebih positif dan lebih baik gunasmencapai kesuksesan di
dunia dan akhirat. Misalnya saja Chairul Tanjung si anak petani yang dijuluki
si anak singkong yang encapai kesuksaesan luar biasa. Dan masih banyak lagi
yang lainnya. Semua itu karena mereka mampu serta mau terus berusaha untuk
memperbaiki hidup dengan cara yang lebih baik dan sikap disiplin, tekun, sabar,
ikhlas, serta positif tinking dan mengambil atas setiap peluang yang ada. Semangat diri dalam jiwa
seseorang itu akan mencapai keberhasilan jika selalu disertai do’a kepada Allah
SWT yang selalu memberikan jalan kepada kita dan semua orang-orang yang mau
berusaha. Maka di dalam keadaan senag maupun susah kita harus tetap berusaha
dan berdo’a kepada sang pencipta. Karena jika kita ingin setip perjuangan yang
kita lakukan selalu berhasil dengan baik, maka kita juga harus mau berjuang dak
tak kenal kata menyerah apalagi sampai putus asa. Dan apabila dalam berjuang,
kita sering kali mengalami kegagalan, tentu saja kita juga tidak boleh
menyalahkan sang kuasa, tetapi kita juga harus selalu mau intropeksi diri dan
terus berusaha tanpa mengenal kata lelah serta selalu memanfatkan dan mengambil
setiap peluang yang ada di depan mata.
Karena kita memang tidak pernah bisa
mendapatkan peluang ke dua untuk menciptakan peluang/kesempatan yang pertama.
By: Melisa Utama P
Tingkat II/ Semester III B
UNTUK
KAMI
Ku
coba memainkan jemariku kembali, yang nyaris lumpuh dihantam kemalasan. Aku….
Ingin menulis!!
Tak
semua mahkluk mampu menahan kerasnya terpaan angin kehidupan, apalagi manusia.
Meskipun Sang Khaliq mengatakan manusia adalah khalifah (pemimpin) di muka bumi
ini. Tapi untuk masalah perasaan……sepertinya lebih tegar si karang di laut.
Seperti
malam itu….. Aku merasa akulah satu-satunya wanita yang begitu bebas. Aku
tertawa tanpa beban, mendengar celotehan keponakan-keponakanku layaknya
nyanyian burung di surga. Begitu sempurna. Kepenatanku hanyut terbawa derai
tawa mereka.
Ku
layangkan pandanganku ke dinding yang menopang jam tua peninggalan kakek yang
masih saja terlihat tegar berjalan menapaki detik demi detiknya. Pukul tujuh
lewat lima menit. Waktu yang terlalu dini untuk merebahkan tubuh ke ranjang. Tapi
aku lelah………..
Ku
putuskan duduk di ruang tamu rumah Akongku.
Aku memang tak serumah bersama orang tuaku. Aku bermukim di rumah Akong yang lebih dekat dengan kampus
juga dekat dengan tempat dimana aku mengais uang. Sedikit demi sedikit untuk
melunasi tanggungan kuliah dan sedikit membantu beban untuk orang tuaku.
“Hayo..
Nglamun, Nduk?”. Suara bulek Cin
sedikit mengagetkanku. Sepeninggalan Akong dan Uti, hanya aku, bulek Cin dan sepupuku Nuur dari Riau lah yang
menempati ndalem yang penuh kenangan
itu.
“Hheehe
bulek…. Tidak”. Aku sedikit salah tingkah menerima pandangan bulek Cin yang
terlihat penasaran.
“Lha
kenapa itu?? Pandangannya kosong ke langit-langit. Ngitung genting ya??”.
Beliau mulai mengajak bercanda.
“Aahahha
waaw bukan hanya genting yang ku hitung tapi cicak yang lewatpun aku hitung
bulek… hehe”.
“Ahaahhaha
kamu bisa saja. Kangen Ibuk e yoooo??”. Lagi-lagi bulek menggodaku, dan
akhirnya pertanyaan itu yang memaksa pikiranku berhenti dan…… yaah jujur aku
memang merindukan beliau.
“Ibumu
wanita yang sangat kuat, nduk. Dulu ketika usiamu masih menginjak 3 bulan dan kakakmu masih berusia 1 tahun 9
bulan, Ibumu punya penyakit aneh yang tak bisa dideteksi oleh medis. Ada
benjolan diatas payudara kirinya. Kata orang itu cuma semacam bisul biasa. Lama
dinanti dan diberi obat bisul namun tak ada tanda-tanda akan sembuh.” Tiba-tiba
Bulek membuka cerita masa lalu.
“Owh
yang ada tanda bekas jahitan itu ya Bulek? Bukankah itu bekas operasi penyakit
paru-paru?” Karena yang ku tahu Ibu dulu punya penyakit paru-paru hingga akhirnya
Ibu harus di operasi.
Telinga
ku buka lebar-lebar. Ku fokuskan pikiranku pada satu titik dimana Bulekku
menuturkan bait-bait cerita yang berderet dengan runtut. Hatiku mendesir,
mataku hampir roboh karena menampung air mata yang terus-terusan memaksa keluar.
Ibuu… Betapa engkau dulu berjuang demi kami….
Keterangan
yang kutahu selama ini ternyata salah. Ibu memang punya penyakit paru-paru,
tapi tidak sampai di operasi. Bekas jahitan sekitar 8cm itu ternyata dulunya
sebuah benjolan semacam bisul. Tak ada yang tahu apa penyakit itu. Sampai suatu
ketika tubuh Ibu benar-benar lemah. Benjolan itu memang kecil tapi mampu
membuat seluruh anggota tubuh Ibu nyaris tak bisa berfungsi. Seluruh badannya
panas. Tubuh beliau hanya nampak tulang dengan kulit gosong yang membalutnya.
Tubuhku
seketika terasa ikut lemas medengar Bulek yang terus mengupas masa lalu. Dimana
saat itu ASI untukku harus diganti dengan Lactona 2 dan susu sapi segar, karena
dengan keadaan yang seperti itu Ibu tak mampu memberikan ASI nya padaku.
Hingga
suatu ketika memuncaklah rasa sakit beliau. Dengan nada lemas dan tak berdaya
beliau mengeluh pada Nenek, “Mak… Aku sudah tak kuat, Mak….. aku tak kuat…..”
“Alloh…Alooh….
Sebut nama Alloh naakk…. Kamu pasti kuat. Lihat anakmu, Amil dan Azmi
menunggumu sembuh naakk...” Begitu hibur nenek.
Malam
itu air mata hampir membanjiri tiap wajah keluargaku. Ku turut terbayang
bagaimana perasaan Bapak kala itu. Hidup sebagai imam rumah tangga dengan dua
bayi yang masih belum bisa apa-apa, disisi lain sang istri yang dicintainya
sedang dalam perjuangan hidup mempertahankan detak detik nafas yang seolah
menunggu keputusan malaikat. Allohu Robbiy…….
Dengan
berbagai pertimbangan akhirnya malam itu juga Ibu dibawa ke RS Ngudi Waluyo
Wlingi. Dengan ditemani Akong dan Bulek Cin, Bapak berangkat ke RS Wlingi. Dibopongnya
Ibu dalam angkot. Benjolan itu semakin besar. Darah dan nanah terus menari
riang keluar dari luka itu. Pihak rumah sakit tidak bisa mengetahui penyakit
apa. Hingga mereka angkat tangan karena tidak mampu mengobati dan merawat Ibu.
Bapak
terkulai lemas ketika pihak rumah sakit menyarankan untuk membawa Ibu ke RS
Syaiful Anwar Malang. Bagaimana tidak, saat itu Bapak hanya mempunyai 1 ekor
sapi hasil kerja keras Ibu ketika menjadi TKW di Saudi Arabia. Darimana
mendapatkan uang untuk biaya pengobatan Ibu?? Dan kalau harus ke Malang
bagaimana dengan anak-anak?? Siapa yang akan merawat mereka??
Dalam
keadaan lain, paru-paru Nenek kambuh ketika mendengar Ibu harus dibawa ke RS
Malang. Nenek hanya bisa berdoa bertemankan deraian air mata. Mulutnya tak
pernah berhenti memohon agar Ibu dapat sembuh kembali.
***
Angin
malam terasa sesak tak membawa kesan sejuk sedikitpun. Bintang yang bersinar
terlihat redup layaknya boh lam 5 watt yang hampir mati. Tak ada wajah yang tak
turut redup. Dingin malam semakin menyiksa keadaan. Rumah sakit terasa menjadi
neraka bagi keluargaku. Menunggu sang dewi malam enyah dari peraduannya dan
berharap fajar segera menempati singgasanannya.
Bapak
putuskan pulang. Dengan menaiki sepeda tua “hordhok”,
karena saat itu masih sangat jarang ada kendaraan bermotor, angkot pun sudah
tak ada yang lewat. M enjelajahi desa sampai kecamatan untuk mencari orang yang
berkenan membeli 1 ekor sapi yang menjadi harapan terakhir pengobatan Ibu. Saat
itu aku dan Kak Amil dititipkan pada Budhe saudara Bapak.
Lama
beliau menapaki jalan demi jalan, singgah dari rumah ke rumah berharap ada yang
mau membeli sapinya dengan harga yang diinginkan. Putus asa hampir membuat
langkah Bapak terhenti. Tapi tidak. Alloh tak pernah tidur, datanglah saat itu
ketua RT yang bersedia membeli sapi milik Bapak. Sapi Bapak belum begitu
dewasa, namun ketua RT mau membeli dengan harga yang diinginkan bapak.
***
Detik
waktu mendorong menjadi menit, menit merubahnya menjadi jam dan mengantarkan
malam pada pekatnya. Disudut salah satu ruangan rumah sakit tergeletak wanita
kurus yang terus merintih di bangsal. Disampingnya ada seorang wanita muda dan
bapak-bapak tua yang terus mengipasi tubuh wanita lemah itu. Telanjang dada dan
hanya berselimutkan “jarit” tipis. Sekujur tubuhnya panas dan basah.
Bukan hanya keringat yang mengucur, tapi darah dan nanah yang semakin ramai
berombak di dadanya. Sesekali ia menangis menahan sakitnya. Andai ia mampu
menjerit mungkin rumah sakit itu runtuh karena pekikan suaranya.
“Pak,
ambilkan kain di dalam tas. Darah Mbak Lulu semakin banyak yang keluar…” Suara
Bulek Cin begitu cemas.
“Ya
Allohh….” Akong gemetar, takut dan langsung mengambil kain sarung miliknya.
“Tinggal
ini kain yang masih bersih, semuanya sudah kotor dengan darah”. Ucap Akong.
Saat
itu tubuh Ibu semakin lemas karena kekurangan darah. Persediaan darah yang
sogolongan dengan milik Ibu telah habis. Dan untuk mendapatkannya harus pergi
ke Malang.
Bulek
semakin cemas. Berharap Bapak segera datang dan Ibu bisa langsung dirujuk ke RS
Malang. Sementara itu Akong pulang untuk mengambil kain serta baju ganti.
Dalam
perjalanan pulang……
“Ya
Allohhh bagaimana ini??? Aku tak mungkin pulang dengan membawa kain penuh darah
seperti ini. Emak pasti bertambah parah sakitnya”. Gumam Akong.
Beliau
putar otak memikirkan bagaimana caranya agar Nenek tidak risau dengan keadaan
Ibu. Akhirnya sebelum sampai ke rumah, Akong berhenti di jembatan “Mberut”
perbatasan Desa kuningan untuk mencuci semua bekas darah Ibu.
***
Tiuuuuu
tiuuuu ttiiiuuu…. Bunyi mobil ambulance menderu dengan kerasnya. Kendaraan
dengan bunyi khasnya yang membuat orang selalu gugup, gelisah dan takut,
seolah-olah bunyi itu yang nantinya menentukan hidup dan mati seseorang, telah
siap membawa tubuh kurus Ibu ke RS Malang. Ketika bangsalnya mulai diayun dan
di pindahkan ke ambulance tiba-tiba beliau mengeluarkan suara. Begitu lemaah…..
“Paakk….
Sebelum aku dirawat di Malang, aku ingin memeluk Amil dan Azmi…. Dimana
mereka??” Bapak menangis mendengar suara lembut namun lemah itu. Beliau peluk
tubuh Ibu, beliau kecup keningnya seolah-olah memberikan semangat sembuh lewat
kecupan sesaat itu.
“Tapi
….mereka….. di…..rumah, Buk….” Bapak berusaha menjawab meski suaranya tertahan
air mata.
“Aku
ingin memeluk mereka sebentar saja, Paakk…. Sebelum nanti takdir mengatakan
lain……” Suara Ibu terdengar terputus-putus.
“Iya
Buk…. Ibu jangan bicara seperti itu. Tunggu sebentar…..”.
Bapak
bergegas menghampiri Bulek dan memintanya untuk menjaga Ibu sebentar. Sementara
beliau kembali pulang mengambil aku dan kakakku.
Beliau
kayuh sepeda tuanya dengan kobaran semangat. Layaknya patriot yang berjuang
demi negara. Jalan terjal dan bebatuan seakan melarang Bapak melewatinya. Sedang
jarak Wlingi dengan Semanding rumahku tidaklah dekat. Hujan gerimis gemuruh
petir, gelap tanpa listrik…… tapi langkahnya terpaku satu. KASIH SAYANG,
MENJAGA DAN TANGGUNG JAWAB TERHADAP KELUARGA.
Sesampai
rumah, Bapak tak banyak bertindak. Aku digendong dengan selendang dan kakak di
bonceng di belakang. Berangkatlah bapak kembali ke RS Wlingi saat itu juga.
Andai saat itu aku sudah mengerti, mungkin aku bisa merasakan bagaimana tubuh
kurus Bapak yang harus mengayuh sepedah dengan mulut yang tak henti-hentinya
menghiburku agar aku bisa diam karena aku terus menangis ketakutan. Oh
Tuhaann…. Ampuni aku yang saat itu aku belum dapat berbuat apa-apa.
Sepedah
tua itu dilemparnya di halaman rumah sakit. Tanpa menghiraukan apapun yang ada
disekitarnya Bapak masuk menelusuri lorong demi lorong rumah yang semuanya
nyaris berwarna putih. Dengan membopong kami berdua, tak lagi beliau hiraukan
kakinya yang tanpa alas berkali-kali terhantam bebatuan, yang ada hanyalah
bayangan wajah permaisuri hatinya yang kini terbaring lemah.
Dengan
nafasnya yang masih terengah-engah, beliau hampiri tubuh Ibu.
“Buukk…..
ini anak-anak….” Air mata Bapak tak terbendung lagi. Mengaliri wajah lusuhnya.
Beliau letakkan kami di sisi kanan dan kiri Ibu agar bisa memeluk tubuh kami.
Bertambah
deras derai tangis Bapak dan Bulek malam itu ketika suara lemah Ibu mengucapkan
kalimat……
“Aku berjuang hidup demi kalian, Naak…. Namun
jikalau Alloh lebih memilihku pulang, kalian harus bisa jadi anak yang Sholihah”.
Kalimat
singkat itu kontan membuat tangis Bapak benar-benar meledak. Hatinya tertampar
perih, tergelintir, tersayat. Membuat semangat hidupnya padam seketika. Tapi
dalam hatinya, beliau harus tetap tegar memberikan semangat sembuh untuk Ibu.
Beliau tak boleh terlihat lemah di depan Ibu.
Tangan
keras miliknya beliau arahkan pada kepala Ibu, dalam hati beliau berdoa “Ya
Alooh berikan yang terbaik buat dia…. Hamba pasrah dengan segala keputusanmu….
Berikan Khusnul Khotimah bila itu kehendak-Mu… Tapi aku berjanji akan berusaha
semampuku untuk membuatnya sembuh”. Bapak kecup kening Ibu dan mengambil
tubuhku juga kakak untuk kembali digendongnya.
Dokter
telah mengisyaratkan untuk segera memasukkan Ibu kedalam mobil Ambulance.
Dengan hanya ditemani Bulek, karena bapak harus mengembalikan aku dan kakak
terlebih dahulu baru menyusul. Ibu berangkat ke Malang, hanya pasrah dan
berserah akan taqdir Yang Maha Kuasa.
Jarum
jam tepat menunjuk pada angka 2 dini hari. Ambulance yang membawa Ibu telah
parkir di depan ruang IGD. Orang-orang berpakaian putih segera mengambil
tindakan. Tak boleh ada waktu sedetikpun yang boleh terlewatkan. Mereka
memanggil Bulek ke ruangan yang tak sembarang orang boleh memasukinya. Selang
berapa menit kemudian kesepakatan telah di ambil oleh Bulek dan dokter yang
akan menangani penyakit Ibu.
Pintu
ruangan yang didalamnya terdapat berbagai alat-alat aneh dan hanya orang-orang
tertentu saja yang boleh masuk telah dipenuhi dengan para orang-orang cerdas
bercadar masker. Entah di dalam ruangan itu Ibuku di apakan. Tak ada yang tahu.
Bulek hanya harap-harap cemas.
Ditengah
kegalauan yang begitu rancu dan Bapak baru saja tiba di rumah sakit, pintu
ruang operasi itu terbuka. Salah satu dari orang bercadar itu keluar. Tak
banyak berfikir, spontan Bapak menghampiri dokter tersebut.
Lemaaaaassss…….
Tubuh Bapak sontak tersungkur dilantai. Tak ada kata-kata yang mampu keluar
dari mulutnya. Kalimat dokter tersebut membuat Bapak hanya bisa bersujud dan
mengucapkan kalimat “Alhamdulillaahh Ya Allooohh…. Alhamdulillah….”
Operasi
Ibu berjalan lancar. Dan selang 2 minggu Ibu diperbolehkan pulang. Hal yang
pertama yang beliau lakukan ketika pertama menginjakkan kakinya dirumah adalah
memelukku dan kakak. Air mata mewakili kerinduannya pada sang buah hati. Sujud
dan mencium kaki Bapak yang telah berjuang untuk semuanya. Juga kaki nenek yang
mulut dan hatinya tak pernah berhenti berdoa untuknya.
***
Adzan
berkumandang….
“Naaahhhh
tak terasa udah isya’, ngoceeehh aja. Ayooo jamaah…hehhehe”. Bulek berdiri
pertanda mengakhiri menguliti kerak-kerak kisah perjalanan hidup keluargaku.
Sebenarnya
air mataku tak terbendung. Namun aku tersenyum untuk Ibu, Bapak dan semangat
mereka. Dan akhirnya lampiaskan semuanya dalam sholat isya’ berjamaah.
Amanah
dari kisah ini hanya bisa diambil oleh orang-orang yang menghayati dan memaknai
arti kehidupan. Dari mana kita hidup, bagaimana kita hidup dan untuk siapa kita
hidup.
Semoga
tulisan kisah ini mampu mengajak hati untuk sedikit menari, meskipun bahasanya
tak seindah petikan gitar yang berdawai.
Yang tertulus
dari Ziizuko Azmi Fauzia, doa buatmu Ayaahh Bundaaa…..
Blia
Dua Kehendak Bertemu
Memang
sakit dan pedih apabila sesuatu yang kita inginkan tidak sejalan dengan
kenyataan. Apalagi jika itu adalah sesuatu yang teramat penting dan berharga
bagi kita, Hingga membuat kita terdiam dan termenung memikirkan hal ini, dan
sering kali hati kita berkata “ Mengapa Allah tidak mengabulkan apa yang kita
minta? ”.
Kita
selalu menginginkan segala sesuatu yang ada di fikiran kita akan terwujud, Namun
semua itu adalah kehendak Allah, dan ternyata Allah tidak memberi apa yang kita
minta. Apakah kita akan mengatakan Allah jahat, atau bahkan Allah tidak adil
???? karena sesuatu yang kita rasa benar, belum tentu benar di mata Allah.
Serta sesuatu yang dirasa baik menurut kita, juga belum tentu baik di mata
Allah. Dan jusrtru terkadang sesuatu yang kita anggap salah dan tidak baik,
justru itu adalah sesuatu yang benar dan baik di mata Allah.
Jika
dua kehendak ini bertemu, maka manakah yang harus kita utamakan ? dan manakah
yang lebih layak ?
Namun
bukankah Allah Maha mengetahui atas segala sesuatu ? dan tentul;ah Allah lebih
mengetahui mana yang terbaik untuk kita. Karena Allah jelas-jelas mustahil
berbuat dzalim terhadap hamba-hambanya, dan apa-apa yang telah ditakdirkannya
tentu itu yang tyerbaik untuk kita. Kita pun perlu mengenal Allah lebih dekat,
sehingga membentuk keyakinan dan keimanandalam hati.
Tapi bukan berarti kita harus menyerah pada
keadaan dan bermalas-malasan, karena kita harus tetap berusaha untuk kehidupan
yang lebih baik dan lebih bermanfaat, dan menyerahkan segala hasil akhir dari
usaha kita terhadap Allah SWT.
By
: Yeni Fathurrahmah
Tingkat
II/ Semester III B
RASA YANG TAK SEHARUSNYA KURASAKAN
Ini hari
pertamaku memasuki bangku kuliah. Adaptasi dengan situasi dan segala sesuatu
yang baru. Tak kurasakan semua begitu cepat berlalu begitu saja. Masa-masa
kanak-kanak, remaja, dan kini kumasuki masa menjelang kedewasaan dimana
kankucari jai diriku yang sebenarnya. Teman tak semua kukenali. Aku masih
belajar mengenal dunia baruku ini, aku berusaha mengenali semua, akrab pada
mereka semua. Belajar jadi pribadi yang fare pada semua warga kampus, seperti
yang teman-teman lakukan, tapi mungkin aku belum mampu melakukannya. Aku tak
seperti mereka, aku pribadi yang diam, namun jika telah mengenal aku
transparan. Tapi aku masih merasa dalam kesendirian.
Yah hari
kulalui dengan biasa. Tugas, presentasi, mencatat, diskusi telah menjadi
kebiasaan. Kadang aku terlena akan ciptaan Alloh yang begitu membuyarkan
konsentrasi belajarku. Orang di masa laluku saja ada di kelas sebelah,
bagaimana tidak kalut kacau jika bertemu? Sebenarnya aku takut belajarku
terganggu, tapi aku berusaha mengalihkan perhatian, dan menyibukkan diri. Tapi
ternyata aku salah, memang bukan masa laluku yang kembali tapi yah teman
baruku. Aku telah terlena olehnya.
Semua berawal
ketika ospek. Maklum baru tahu dunia perkuliahan. Ternyata begitu banyak yang
mampu membuyarkan fikiranku. Astagfirullohaladzim, subhanalloh. Itu yang hanya
terucap dari batinku. Wah teman-teman sudah banyak yang mendapatkan dambaan
hati mereka.aku hanya mampu memandanginya dan tersenyum kecil.
Sebenarnya aku
tak mmenyangka akan mengenalnya. Dulu dalam hattiku ketika ospek mmelihatnya
hatiku berkata” andai aku bisa mengenalnya?”hehm tapi tak mungkin. Semua
berlalu begitu saja, tanpa ada kesan yang lebih menarik daripada mengenal dunia
baru itu sendiri. Kata teman-teman dia mahasiswa lama. Aku tak terlalu berharap
bisa mengenalnya.
Johan, sebut
saja demikian. Aku sering mengurungkan niatku untuk pulang lebih awa, hanya
agar bisa menatapnya walau dari jauh, sekejap mata dan begitu saja.tapi,
asataga cueknya minta ampun.
Tak sangka
ketika aku duduk santai di kelas, dia lewat, aku gugup berjuta gugup,tak mampu
aku menatapnya. Tanpa kusadari dia menatapku, aku hanya menunduk dan salah
tingkah ketika kuketahui itu. Dia bertanya padaku” rumahmu utara kampus ya?”
“ehm, aku timur kampus,ada apa ya?” jawabku.”temen adikku ada yang yang mirip
kamu.”jawabnya. subhanalloh tak kusangka dia menyapaku lebih dulu. Allah
mimpikah aku? Sejak itu fikiranku mulai melayang kacau, tak tahu arah, semakin
tak jelas arah tujuan rasaku ini.
Beberapa hari
kemudian akan diadakan acara bakss.wah aku semangat, namun waktu tak izinkan.
Si Johan katanya ikut namun ternyata dia ada keperluan yang lebih penting.
Sebelum itu sobatku memberiku nomer hp nya si Johan. Aku ragu, takut, sebab
memang dari awal aku berangan tapi aku takut jika nanti ternyata ada yang salah
aku juga yang sakit.”enggak ahh,aku takut nanti dia sudah ada yang punya,
lagian dia cueknya nggak nahan.”kataku. “erserah kamu,aku nggak maksa.” Jawab
sobatku.yah lalu aku dapat nomernya.
Keesokan
harinya aku beranikan dir isms dia, dan ternyata dia tahu aku tetangga kelasnya.
Yah, waktu berjalan aku semakin penasaran,tak hentinya keingintahuanku akan
semua itu semakin merasuk ke daklam sanubari dan mendalam.kebahagiaan itu mulai
terukir, sering dia menyapa dengan senyuman indahnya. Itu yang semakin
membuatku melayang akan bayangnya yang begitu menawan.
Tapi seakan dia
tak peuli dan tak mau peduli kepadaku. Smsku panjang, tapi jawabnya lama dan
hanya” ehm.” Waduh cueknya benar-benar terlalu. Tapi dia menagatakan memang dia
pendien, sedikit bicara. Ok aku menyadarinya terlihat dari raut mukanya yang
terpancar penuh kelembutan. Tapi kadang itu membuatku ingin berontak, marah.
Tapi aku hanya terdiam.
Hingga pada
suatu ketika dia mengatakan akan mengantarkan kekasihnya. Hehm, sejak itu aku
merasa bersalah, aku takut jika kekasihnya tahu, dia akan marah. Sejak itu aku menahan keinginanku untuk sms dia. Tak
sedikitpun aku berani mengingatnya, menatapnya saat bertemupun enggsn. Aku
takut semua jadi rasa yang tak seharusnya kurasakan. Semakin aku berusaha
melupakannya,berusaha jauhkan hatiku darinya. Itu hanya akan membuatku semakin
terbayang olehnya,dan itu nyata. Bahkan ketika asku menatap saudaraku seolah
yang kulihat si Johan. Fatamorgana itu muncul berkali-kali. Dan hampir setiap
malam dia singgah di mimpiku. Oh my God salah apa aku? Ampuni aku, tunjukkan
jalan kebenaranmu!
Sampai pernah
terbayang olehku,”vi….. mau kemana?”tanyanya.”maafkan aku, lebih baik aku
pergi, aku nggak mau ganggu kebahagiaan kalian.”jawabku tak mampu menatapnya.”
Vi… tatap mataku,why? What happen with you?”katanya sambil menarik tanganku.”
Nggak mas, aku taku menatapmu, itu hanya akan membuatku tak bisa melupakanmu,
membuatku tak bisa jauh darimu, aku takut itu jadi rasa yang tak seharusnya
kurasakan,rasa yang tak seharusnya kumiliki.”jelasku dengan memalingkan muka.
Aku menangis ketika aku tersadar dari lamunanku.
Mungkin dua
minggu baru berlalu,aku benar benar tak kuat terus dibayanginya, terus
disinggahinya dalam mimpi-mimpiku. Aku beranikan diri sms, kukatakan semua yang
telah aku alami. Astagfirulohaladzim,ternyata jawabnya sering pula terbayang
aku. Apa ini yang terjadi? Salah apa ini? Sejak itu semua jadi biasa, namun
masih diselubungi rasa malu. Mungkin karena saling menyadari kesalahan.
Hingga kini
semua berjalan apa adanya. Tetap, dia lama balas sms, seakan tak peduli. Hehm,
aku berusaha Bantu apa yang bisa aku Bantu apa yang aku bisa. Tapi, seakan
semuaapa yang aku lakukan itu salah baginya. Benar-benar membuatku marah, namun
dia memintaku agar membuang emarahanku itu. Hingga terkadang akumerasa jauh
membuatku rindu, namun dekat terkasang membuatku sakit.
Beberapa waktu
kemudian aku baru tahu ternyata dia masih dalam masa penyembuhan dari luka
akibat pengalaman yang salah beberapa waktu lalu. Fikirku mungkin ini yang
membuatnya harus memulai lagi dari awal. Selain itu, aku baru tahu ternyata
kegiatannya fullday. Dari pagi hingga malam. Mengajar ngaji, mengajar di
sekolah, kuliah, mengajar di bimbel, dan mengaji.
Astaga…..aku
baru tersadar aku bersalah, aku tak pantas melakukan ini semua,aku tak pantas
salahkan dia,aku bersalah marah padanya.akulah yang tak tahu ini semua, aku
yang tak peduli, maafkan aku.
Baru kupahami
pula ternyata memang kata sobatku benar bahwa menilai seseorang tak cukup dari
cashingnya saja. Aku tak menyangka dengan ,mengetahui itu semua menjadikan
motivasi, inspirasi dan tauadan yang insyaalloh dunia akhirat. Dengan itu kita
juga patut mengucap syukur yang begitu dalam atas apa yang telah kita miliki
selama ini. Dan memang benar cinta tak harus memiliki, persahabatan terkadang
juga lebih indah daripada itu semua, itupun bisa bertahan selamanya. Karena di
dalamnya akan terukir kenangan dan harapan bahkan akan tersimpan makna yang
begitu dalam.
Di situ aku
menemukan kesendirian, kesakitan, kebahagiaan, perjuangan, kesabaran,
keikhlasan, kejujuran, dan berjuta nilai yang masih tersirat di dalamnya,
mungkin anda semua akan menemukannya bahkan menjadikannya pelajaran ataupun
tauladan. Satu lagi, aku baru tahu bahwa rasaku terhadapnya selama ini asalah
sebuah rasa yang seharusnya tak kurasakan.
Semoga dengan
ini semua hidup menjadi lebih berarti dan bermakna.
By: virisviana
Kisah pemuda purwokerto
Awal
kisah dimulai dari beberapa tahun belakangan ini Anton (pemuda usia 20 tahun
asal Kota Purwokerto) mengalami perubahan drastis dalam hidupnya. Anton merasa
tidak ada makna dalam kehidupan sehari-harinya. Anton selalu bertanya-tanya
dalam hatimya apa yang terjadi dengan diriku ini?
Anton
mencari dan terus mencari jawaban atas pertanyaan dalam hatinya sampai pada
siang hari, ketika Anton singgah di rumah Alloh yang sangat megah. Anton segera
mensucikan diri untuk bertamu dan bermunajat kepada sang pencipta kehidupan dan
kematian.
“
Ya….. Alloh ya robbi, apakah yang sedang menimpa hambamu ini. Hamba tidak dapat
merasakan ada makna dalam hidup ini. Hamba merasa hampa dan kosong, hamba mohon
petunjukmu wahai yang maha mengetahui apa yang ada di langit dan bumi. Amin” .Tanpa
terasa meneteslah air mata Anton yang bening dan penuh dengan ketulusan hati.
Jemari Anton dengan penuh kepatuhan menghampiri ketulusan air mata Anton.
Kesejukan
menghampiri jiwa Anton yang telah lama gersang oleh terpaan ilusi dunia yang
mengombang ambingkan Anton selama ini. Anton seketika sadar bahwa selama ini
telah melupakan Robnya, dan Anton berpendapat bahwa “apapun yang terjadi,
jangan lupakan Alloh”.
Antonpun
mendapatkan jawaban atas pertanyaan dalam dirinya, Dengan hati gembira dan
senyuman keimanan yang menghiasi wajah seorang muslim asal kota Purwokerto.
Sesampainya
di rumah, Anton mendapatkan berita yang mengejutkan bahwa istrinya sedang mengandung.
Rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu saat itu.
Setelah
peristiwa itu Anton tidak lagi merasa hampa dalam menjalani hidup, bahkan lebih
bersemangat dalam menjalani aktivitasnya. Pepatah mengatakan “ Jangan patah
arang. Dunia tak selebar daun kelor”
sEKIAN
By: yusuf adi Winata
APA
KATA MEREKA TENTANG ARTI KEHIDUPAN ?
Berbicara
tentang arti kehidupan (way of life), pastinya memiliki makna yang beraneka
ragam bagisetiap individu yang menjalani kehidupan itu sendiri. Bahkan mereka
mengartikan kehidupan itu berdasarkan tingkat pengetahuan dan pengalaman mereka
masing-masing.
Arti
kehidupan itu sendiri bisa menjadi motivasi, kekuatan, atau segala sesuatu yang
tentunya untuk mencapai keberhasilan dalam hidup (itu menuurut saya). Lantas
bagaimana dan apa kata mereka tentang arti kehidupan itu sendiri ????
Berikut
ini adalah paparan mereka tentang arti kehidupan >>>>>
-
”Arti kehidupan adalah
perjuangan untuk meraih mimpi di dunia dan perjuangan untuk mendapatkan
kebahagiaan di akhirat.” Inna
Sabilana Hanifa (II/III A)
-
“Arti keidupan adalah perjuangan
yang dijelaskan di dalam hadist ALHAYATUL HIYAL JIHAD yang artinya hidup adalah
perjuangan.” Imam
Sholikhin (II/III B)
-
“Arti kehidupan adalah
suatu perjuangan, perjuangan melawan waktu. Jika kalah, waktu akan berlalu
tanpa arti. Dan jika kita bias menang, sampai matipun, nama kita akan tetap
dikenang.”
Chusnul Chotimah (II/III A)
-
“arti kehidupan adalah
dimana kita menjalani sesuatu apapun, entah itu apapun yang telah Allah
gariskan dalam hidup kita.” Thoriq
(II/III A)
-
“Arti kehidupan adalah suatu
perjuangan untuk melawan semua hawa nafsu yang bersifat dunia, karena kehidupan
akhiratlah yang sebenarnya kehidupan kekal, tetapi hal ini sangatlah sulit, akan tetapi siapa yang menang ia akan mendapat piala iman
dan taqwa dari Allah yang sempurna” Didik Heru S (III/V C)
-
“Arti kehidupan adalah suatu
perjuangan hidup yang diberikan Allah kepada manusia supaya menerima apa yang
sudah digariskan kepada kita semua, tetapi kita tetep wajib berusaha yang
terbaik untuk kita, berjuang melawan hawa nafsu serta menegakkan kebenaran.” Huda Yusuf (II/III B)
-
“Arti kehidupan adalah
kesempatan bagi manusia, dan kesempatan itu banyak mengandung makna di
dalamnya. Contohnya kesempatan mencari bekal akherat, kesewmpatan hidup,
kesempatan untuk merasakan ciptaan Allah, dan lain-lain.” Luluk Nafisatin
(II/III A)
-
“Arti kehidupan adalah
perjuangan ! Kesabaran dan ketabahan.” Halim Nur Yahya (IV/VII A)
-
“Arti kehidupan adalah kemampuan kita untuk menjadi
arti bagi orang lain.” Aklis
Lubbana (II/III B)
-
“ Arti kehidupan adalah
pencarian hakekat hidup ! ……”
1. Kenapa
kita hidup ?
2. Mengapa
kita dihidupkan ?
3. Siapa
yang menghidupkan ?
4. Apa
yang kita lakukan ketika hidup ?
5. Mau
dibawa kemana hidup kita ?
6. Adakah
pendamping hidup untuk menjalani semua ?
(Ketua music –
off the record)
-
“ Kehidupan adalah
perjuangan ! Siapa yang kuat dia yang menang. Akan tetapi kekuatan itu
membutuhkan proses yang ketat dean sistematis.” Ibnu maliki (IV/VII B)
-
“Kehidupan adalah
proses awal untuk menentukan langkah yang panjang, dalam hidup kita diberi 2
pilihan, sebelum kita lahir di dunia kita sudah bersumpah akan beriman pada Allah,
tinggal kita memilih taat pada Nya atau mengingkari Nya. Dan ingatlah akan
janji dan ancaman Allah .” Habib
Burrohman (III/V B)
Setelah mengungkap tabir dari beberapa
paparan sahabat-sahabat kita di atas, lantas apa yang kita lakukan terhadap
kehidupan kita dan bagaimana menyikapinya ? apa kita harus selalu bersyukur,
kemudian berjuang, atau menyesali atas perbuatan yang kita lakukan dan hanya
berkeluh kesah ?
Tentunya sebaiknya kita selalu
bersyukur, karena masih bias menikmati hidup dan diberi kesempatan untuk
memperbaiki diri dan terus berjuang dengan positif thinking dan tidak putus
asa. Karena bisa saja ketika kita putus asa, sebenarnya keberhasilan sudah ada
di depan mata. Maka jangan pernah putus asa, selalu mengharap ridhlo Allah dan
orang tua. Sehingga kita selalu berhasil dan mendapatkan apa yang kita harapkan
di dunia serta akhirat. Maka secara langsung atau tidak langsung kita telah
menemukan arti kehidupan itu sendiri.
By : Crew Redaksi LPM “LAUN”
PETA GERAKAN
PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER DI INDONESIA
Oleh : Nur Mukhlish
Z.
Dewasa ini
munculnya pemikiran Islam kontemporer mulai merebak dalam berbagai wajah, mulai
dari beredarnya buku-buku yang membahas ide-ide tersebut sampai dengan dikaji
dalam forum ilmiah yang digelar diberbagai lingkungan akademis. Gejala ini
muncul sebagai respon adanya kemajuan zaman yang mengakibatkan adanya berbagai
perubahan dalam tatanan sosial masyarakat,, baik yang menyangkut ideologi,
politik, sosial, budaya dan sebagainya. Berbagai perubahan tersebut seolah-olah
telah menjauhkan umat dari nilai-nilai keagamaan, yang pada akhirnya
menimbulkan persoalan.
Dari persoalan di
atas akhirnya muncul satu persoalan lagi ketika adanya suatu kontrol sosial
yang mampu mengendalikan gerakan perubahan yang mendasar tersebut. Sementara
telah mapannya metodologi pemikiran Barat, ternyata secara faktual lebih mudah
diterima dan diaplikasikan dalam kehidupan, karena didukung oleh kekuatan yang
bersifat struktural maupun kultural. Sedangkan dikalangan umat Islam dalam
menirima model pemikiran Barat tersebut
terasa ada kejanggalan, baik psikolgis, sosiologis maupun politis, Akan
tetapi karena belum terwujudnya kosepsi ajaran Islam yang aplikatif , maka
dengan rasa berat hati terpaksa mengikuti konsep-konsep yang dirasakan oleh
sebagian umat yang tidal Islami, bersumber dari ajaran Kristen, apalagi muncul
sangkaan adanya misi agen Yahudi dan lain sebagainya.
Dinamika pemikiran
Islam di Indonesia satu dasa warsa belakangan ini, terutama yang berkembang
pada intelektual muda sebenarnya juga berakar dari mainstream besar gerakan
pembaharuan pemikiran. Islam, terutama ketika terjadi pemetaan pemikiran antara
yang “tradisi dan modernitas” (al-turâts wa al-hadâtsah). Isu
ini juga tidak bisa dilepaskan dari gelegar pemikiran yang berkembang di Arab.
Istilah “tradisi dan modernitas” yang diusung oleh Mohammed
Abed Jabiri. digunakan dalam diskursus pemikiran Arab kontemporer merujuk
kepada terma idiomatik yang bervariasi, biasanya digunakan al-turâts wa
al-hadâtsah. Secara
literal, turâts berarti warisan atau peninggalan (heritage, legacy),
yaitu berupa kekayaan ilmiah yang ditinggalkan/diwariskan oleh orang-orang
terdahulu (al-qudama). Istilah tersebut merupakan produk asli wacana
Arab kontemporer, dan tidak ada padanan yang tepat dalam literatur bahasa Arab
klasik untuk mewakili istilah tersebut. Istilah-istilah seperti al-’adah
(kebiasaan), ‘urf (adat) dan sunnah (etos Rasul) meskipun
mengandung makna tradisi, tetapi tidak mewakili apa yang dimaksud dengan
istilah turâts. Begitu juga dalam literatur bahasa-bahasa Eropa, tidak
ada variabel yang tepat. Menurut Jabiri, kata legacy dan heritage
dalam bahasa Inggris, atau patrimonie dan legs dalam bahasa
Perancis tidak mewakili apa yang dipikirkan oleh orang Arab tentang turâts.
Dalam pemikiran
Arab kontemporer, kekalahan Arab oleh Israel tahun 1967 tampaknya sebagai
pemicu bagi lahirnya kesadaran baru: bagaimana sebenarnya tradisi kita,
bagaimana sebaiknya membaca tradisi kita dan ada apa dengan modernitas? “limadza
taakhkharal muslimun wa taqaddama ghairuhum”. Kekalahan tersebut ternyata
sangat menentukan sejarah politik dan pemikiran Arab. Sejak saat itu, isu
“tradisi dan modernitas” (al-turâts wa al-hadâtsah) menjadi isu
tersanter dalam pemikiran Arab kontemporer. Apakah tradisi harus dilihat dengan
kacamata modernitas ataukah modernitas harus dilihat dengan kacamata tradisi
atau bisakah keduanya dipadukan? Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh Luthfi Assyaukanie, dalam artikelnya “Tipologi dan Wacana Pemikiran Arab
Kontemporer” yang diterbitkan dalam Jurnal Paramadina.
Selama ini
masyarakat Muslim Indonesia sering melihat bahwa pada umumnya, tradisi selalu
dilihat dengan kacamata tradisi sebagaimana yang terjadi pada kaum tradisional
(salafiyah) di satu sisi atau tradisi selalu dilihat dengan kacamata modernitas
sebagaimana yang dilakukan kaum reformis pada sisi yang lain, sehingga kaum
tradisional selalu dimaknai berada pada posisinya yang tradisional
itu. Tradisi intelektualisme yang dikembangkan, corak
pemikiran maupun model keberagamaannya tidak pernah terpegaruh oleh menggeliatnya
arus pembaharuan. Gagasan pembaharuan pemikiran Islam lebih dipandang sebagai tantangan sekaligus ancaman yang perlu diwaspadai. Keadaan yang demikian ini hampir menjadi model pemikiran se sebagian
besar Muslim di Indonesia, yang tentu saja pada akhirnya memimbulkan kegelisahan bagi para penggiat
pemikiran Islam, untuk berusaha melakukan rekonstruksi pemikiran, terutama bagi
kalangan muda Muslim dari berbagai ormas Islam.
Gesekan pemikiran,
baik yang muncul dikalangan umat Islam maupun yang diimpor dari Barat, tentunya
membawa pada wajah gerakan pemikiran Islam menjadi sangat variatif. Munculnya
Kencenderungan pemikiran yang berusaha mengadopsi metodologi pemikiran Barat,
maupun dari pemikir Islam kontemporer yang muncul di Arab, tentu saja
memunculkan reaksi dari kalangan Muslim konserfatif yang ingin selalu menjaga
purifikasi ajaran Islam, sehingga nampak dipermukaan menimbulkan berbagai
gerakan pemikiran baik yang melakukan rasionalisasi, purifikasi,
[neo]modernisasi, bahkan sampai dengan sekularisasi-liberasi.
Hampir dua abad
sudah masa modernisasi di dunia Arab-Islam, dan satu abad modernisasi
(pemikiran) Islam di Indonesia, nalar tradisi masih tetaplah tradisional,
sementara upaya pembaharuan pemikiran, acap kali tak henti-hentinya menuai kritik, terutama
dari kalangan kelompok yang menghendaki purifikasi Islam. Oleh karena itu,
disinilah perlunya kita memahami peta wajah pemikiran Islam kontemporer di
Indonesia, walaupun pemetaan pemikiran Islam ini sebenarnya sangat variatif,
tergantung dengan kaca mata apa kita melihatnya. Dalam hal ini, Abuddin Nata
berusaha memetakan keragaman pemikiran Islam di Indonesia.
Pemetaan Pemikiran Islam Kontemporer Di Indonesia
Munculnya fenomena
paham keislaman yang amat beragam, tentunya memilki latar belakang
kemunculannya , batasan dan ciri-ciri dari masing-masing gerakan pemikiran
Islam yang muncul di Indonesia. Masing-masing mempunyai corak dan wajah yang
cukup beragama. Berikut ini dikemukakan diantara corak pemikiran gerakan Islam
kontemporer.
1. Islam Fundamentalis
Istilah Islam
fundamentalis dapat dimaknai Islam yang dalam pemahaman dan prakteknya bertumpu
pada ha-hal yang bersifat asasi atau mendasar. Pemahaman secara kebahasaan yang
demikian ini mengandung pengertian, bahwa yang dimaksutkan Islam fundamentalis
adalah gerakan atau paham yang bertumpu pada ajaran mendasar dalam Islam,
teutama terkait dengan rukun Islam dan Iman. Apabila diltinjau dari segi
kebahasaan ini, maka semua aliran atau paham yang menjadikan rukun Iman dan
Islam sebagai ajaran utama, maka mereka termasuk pada kelompok ini. Bahkan tiga
aliran besar di dunia, seperti Sunni, Syi’ah dan Ahmadiyah juga menjadikan
ajaran tersebut sebagai dasar pijakan dalam beragama. Disamping itu dalam
konteks Indonesia, dua paham keagamaan terbesar, seperti NU dan Muhammadiyah
pun juga termasuk dalam pengertian kebahasaan ini. Namun, persoalannya tidak
semudah itu untuk memasukkan beberapa kelompok paham keagamaan dalam Islam
fundamentalis, karena harus dilihat ciri-ciri dan ajaran pokok dalam
gerakannya.
Sebenarnya istilah
ini muncul dikalangan masyarakat Kristen yang berkembang di Barat, yang dalam
hal pemahaman agamanya lebih bersifat mendasar, sempit dan dogmatis. Di Barat,
kelompok ini muncul sebagai reaksi terhadap teori evolusi manusia yang
dikemukakan oleh Charles Darwin. Dikalangan dunia Islam, istilah fundamentalis
lebih ditujukan kepada kelompok Islam garis keras. Pengertian kaum
fundamentalis, dari segi istilah bahkan akhirnya memiliki muatan psiokologis
dan sosiologis, dan berbeda dengan pengertian fundamentalis secara kebahasaan.
Pada masyarakat Muslim, istilah ini, ada kaitannya dengan masalah pertentangan
politik, sosial, politik dan kebudayaan. Istilah fundamentalisme ini pada
akhirnya menimbulkan citra tertentu, yaitu ekstrimisme, fanatisme, atau bahkan
terorisme dalam mewujudkan atau mempertahankan keyakinan agamanya, bahkan
mereka ini cenderung melakukan tindakan kekerasan.
Diantara ciri dari
corak Islam fundamentalis ini adalah sikap dan pandangan mereka yang radikal,
militan, berpikiran sempit, bersemangat secara berlebihan atau bahkan dalam
mencapai tujuannya dengan memakai cara-cara kekerasan. Menurut Kuntowijoyo,
corak pemikiran Islam fundamentalis ini ingin mengembalikan model kehidupan
umat islam seperti yang dilakukan oleh Rasulullah, baik dalam semua aspek
kehidupan, maupun dalam gaya hidup dan pakaiannya. Sikap dari gerakan ini lebih
nyata dalam fenomena kehidupan masyarakat Indonesia pada saat ini, yaitu
kelompok yang dalam perjuangannya memilih cara-cara kekerasan, radikal dan
mempunyai militansi yang tinggi. Sikap yang demikian ini menimbulakan pandangan
peyoratif dan terjadinya stigmatisasi terhadap Islam sendiri, yaitu Islam itu
identik dengan teroris. Tentu saja sebuah pandangan yang cukup memprihatikan,
karena hakekatnya Islam selalu mengajarkan kehidupan yang damai, Islam yang
bisa membawa rahmat bagi kehidupan umat manusia.
2. Islam Neo-Tradisionalis
Dalam konteks pemikiran Islam Indonesia, sebelum munculnya istilah pemikiran
neo-tradisionalisme adalah munculnya
kelompok tradisionalis. Menurut Abudian Nata, kelompok ini awalnya ditujukan
kepada mereka yang berpegang pada al-Qur’an dan as-Sunnah, namun kemudian juga
ditujukan kepada mereka yang perpegang pada produk-produk pemikiran para ulama
yang dianggap unggul dan kokoh dalam keilmuan fiqh, tafsir, teologi, tasawuf,
lughah, ushul fiqh dan lainnya. Kemudian belakangan ini munculah gerakan
neo-tradisionalis, yang digagas oleh tokoh atau kelompok yang hendak merubah
paradigma berfikir tradisionalis. Istilah Neo-tradisionalis terkadang didentikkan
dengan Gus Dur. Sekalipun bukanlah satu-satunya. Kenyataannya, beliau juga
inspiratis dan penggiat gerakan neo-modernisme, post-tradisionalisme, bahkan Islam liberal.
Sebagai pemikiran yang bertolak dari tradisi, neo-tradsionalisme
melihat bahwa Islam selaras dengan perkembangan kebudayaan lokal, sehingga
sangat menghargai multikulturalisme. Neo-tradsionalisme cenderung pada
kebudayaan lokal di mana Islam berkembang (living). Kebudayaan Arab
juga lokal sehingga Islam Arab semata-mata merupakan ekspresi kebudayaan orang
Arab, bukan Islam itu sendiri. Di samping itu, cenderung berpandangan dan
bersikap inklusif (terbuka) atas realitas social, sebagaimana dikemukakan Marzuki Wahid.
Dalam persolan bernegara, kelompok ini melihat bahwa Islam
sama sekali tidak memiliki bentuk negara. Yang penting bagi Islam adalah etika
kemasyarakatan. Alasannya, Islam tidak mengenal konsep pemerintahan yang
definitif. Begitu juga dalam hal suksesi kekuasaan, Islam tidak memiliki bentuk
tetap. Terkadang memakai istikhlaf, bai’at (pengangkatan), dan ahli halli
wal aqdi, seperti dikemukakan
Ahmad Amir Aziz, dalam
bukunya Neo-Modernisme Islam Di Indonesia. Untuk itu, umat Islam
Indonesia harus dapat menerima kesadaran dan wawasan kebangsaan sebagai
realitas objektif dan tidak perlu dipertentangkan.
Pemikiran Gus Dur yang sejalan dengan pemeikiran neo-tradisionalis
ini adalam terkait dengan gagasannya tentang pribumisasi Islam. Beliau tidak sependapat kalau proses islamisasi di Indonesia diarahkan pada
proses Arabisasi, karena hanya akan membuat tercerabutnya masyarakat Indonesia dari akar
budaya sendiri. Pribumisasi Islam bukanlah jawanisasi atau sinkretisme. Sebab,
pribumisasi Islam hanya mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan lokal dalam
merumuskan hukum-hukum agama tanpa mengubah hukum itu sendiri. Juga bukan
meninggalkan norma demi budaya. Tetapi, agar norma-norma itu menampung
kebutuhan dari budaya, dengan menggunakan peluang yang disediakan oleh variasi
pemahaman nash (ketentuan) dengan tetap memberikan peranan kepada ushul fiqh
dan kaidah fiqh. Pernyataan Gus ini
dapat dibaca lebih lanjut, misalnya dalam bukuPemikiran dan Peradaban Islam,
yang dususn oleh Aden Wijdan dkk, atau buku-buku yang mengunkap pemikiran Gus
Dur.
3. Islam Neo-Modernis
Pada awalnya, sebenarnya muncul istilah Islam
modernis, yang mempunyai tujuan membawa Islam kepada agama yang berkemajuan.
Seperti halnya yang berlangsung di Barat, di dunia Islam, gerakan Islam
modernis ini muncul dalam rangka menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam
dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Munculnya gerakan ini juga mewrupakan respon terhadap
berbagai keterbelakangan yang dialami umat Islam dalam bidang ekonomi,
pendidikan, kebudayaaan, politik dan lainnya. Keadaan yang demikian ini dirasa
tidak sejalan dengan semangat ajaran Islam, yang digambarkan bahwa Islam itu
mendorong kearah kemajuan, menjunjung tinggi ilmu pengetahuan,yang muaranya
membawa kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia. Namun faktanya justru umat
Islam mengalami masa keterbelakngan dan kemunduran. Inilah yang memunculkan
kegelisahan batin bagi para pemikir gerakan modern ini, untuk berusaha memahami
ajaran Islam secara kontekstual, agar ajaran islam itu bisa terwujud dalam
kehidupan masyarakat.
Kemudian, belakangan munculah istilah Islam
Neo-Modernis yang kira-kira mulai nampak pada era tahun 1970-an. Pada masa inilah corak pemikiran keislaman mulai dijangkiti gejala baru atau
pembaruan yang belakangan disebut “neo-modernisme”. Sosok Cak Nur, misalnya dianggap sebagai
lokomotif pembuka bagi tergelarnya wacana neo-modernisme Islam Indonesia. Gerakan ini lebih
menempatkan Islam sebagai sebuah sistem dan tatanan nilai yang harus dibumikan
selaras dengan tafsir serta tuntutan zaman yang kian dinamis. Watak
pemikirannya yang lebih inklusif, moderat, dan mengakui
adanya kemajemukan dalam kehidupan, sehingga membentuk
sikap keagamaan yang menghargai timbulnya perbedaan.
Gerakan Islam neo-modernis awalnya digagas oleh Fazlur Rahman, tokoh reformis asal Pakistan. Gerakan ini cukup dinamis, bahkan radikal baik terhadap Barat maupun
Islam sendiri. Fazlur Rahman pernah mengatakan, bahwa neo-modernis harus
mengembangkan sikap kritis terhadap Baratmaupun warisan-warisan kesejarahan
Islam sendiri. Kaum Muslim harus mengkaji dunia Barat beserta
gagasan-gagasannya maupun ajaran-ajaran dalam sejarah keagamaan Islam sendiri,
bila hal ini tidak dikaji secara obyektif, maka keberhasilannya dalam
menghadapi dunia modern merupakan suatu hal yang mustahil bahkan kelangsungan
kehidupannya sebagai Muslim sangat diragukan. Gerakan ini muncul sebagai respon
atas tuntutan zaman yang semakain berkembang, namun kurang diantisipasi oleh
berbagai pemikiran keislaman yang mampu secara teoritis dan metodologis
keislaman yang komprehensif dan rasional.
Seperti yang dikemukakan oleh Mohammad Muslih, bahwa secara umum Islam neo-modernisme bisa dicirikan sebagai berikut: pertama,
neo-modernisme Islam merupakan gerakan kultural-intelektual yang muncul untuk
melakukan rekontruksi internal pada umat Islam dengan merumuskan lagi warisan
Islam secara lebih utuh, konprehensif, kontekstual dan universal. Kedua,
pada prinsipnya neo-modernisme muncul sebagai tindak lanjut atas usaha-usaha
pembaru kelompok modernis terdahulu, yang karena keterbatasan-keterbatasan
tertentu masih meninggalkan sejumlah masalah yang belum bisa diatasi. Ketiga,
dalam konteks keindonesiaan, kemunculan gerakan neo-modernisme Islam yang
dimotori oleh Cak Nur lebih merupakan kritik sekaligus solusi atas pandangan
dua arus utama yaitu Islam tradisionalis dan Islam modernis yang selalu berada
dalam pertarungan konseptual yang nyaris tidak pernah usai. Neo-modernisme
Islam hadir untuk menawarkan konsep-konsep pemikiran yang melampaui kedua arus
utama tersebut. Keempat, kemunculan neo-modernisme Islam di Indonesia
yang dimotori Cak Nur itu merupakan wacana awal gerakan modernisasi dalam arti
rasionalisasi, yaitu merombak cara kerja lama yang tidak aqliyah.
Pembaruan Cak Nur menyentuh wilayah yang luas, baik itu persoalan keagamaan,
sosial-politi, bahkan masalah pendidikan.
4. Islam liberal
Setelah gerakan Islam Neo-Modernis mengalami
metamorfosis, nampaknya pemikiran Islam semakin berkembang seiring dengan
berkembangnya model pemikiran, baik yang muncul di dunia Islam maupun di Barat.
Hal ini juga yang terjadi di Indonesia, bahwa setelah
lebih dari 30
tahun gerakan pemikiran model neo-modernisme mendapat tempat dalam konstelasi pemikiran Islam
di Indonesia, kemudian munculah
gerakan “Islam liberal”. Istilah ini muncul ketika Greg Barton
menyebutnya dalam bukunya: Gagasan Islam Liberal di Indonesia. Kira-kira tahun 2001,
publikasi mazhab pemikiran ”Islam liberal” ini memang tampak digarap sistematis, yang kemudian dikelola menjadi ”Jaringan Islam Liberal” (JIL).
Muhammad Muslih menyebutkan, bahwa sebelum lahir JIL, wacana Islam liberal beredar di meja-meja diskusi
dan sederet kampus, akibat terbitnya buku Islamic Liberalism (Chicago,
1988) karya Leonard Binder, dan buku Liberal Islam (Oxford, 1998) hasil
editan Charles Kurzman. Istilah Islam liberal pertama dipopulerkan Asaf Ali
Asghar Fyzee, intelektual muslim India, pada 1950-an. Kurzman sendiri mengaku
meminjam istilah itu dari Fyzee. Geloranya banyak diprakarsai anak-anak muda
usia, 20-35 tahun. Untuk kasus Jakarta, mereka umumnya para mahasiswa,
peneliti, atau jurnalis yang berkiprah di beberapa lembaga, semisal Paramadina,
Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam
NU), IAIN Syarif Hidayatullah, atau Institut Studi Arus Informasi. Komunitas itu
makin mengkristal, sehingga pada Maret 2001 mereka mengorganisasikan diri dalam
JIL. Sejak 25 Juni 2001, JIL mengisi satu halaman Jawa Pos Minggu,
berikut 51 koran jaringannya, dengan artikel dan wawancara seputar perspektif
Islam liberal. Tiap Kamis sore, JIL menyiarkan wawancara langsung dan diskusi
interaktif dengan para kontributor Islam liberal, lewat kantor berita radio 68
H dan 10 radio jaringannya. Situs: islamlib.com diluncurkan, dua pekan
kemudian. Beberapa nama pemikir muda, seperti Luthfi Assyaukanie (Universitas
Paramadina Mulya), Ulil Abshar-Abdalla (Lakpesdam NU), dan Ahmad Sahal (jurnal Kalam),
terlibat dalam pengelolaan JIL. Luthfi Assyaukanie, editor situs islamlib.com,
menyatakan bahwa lahirnya JIL sebagai respons atas bangkitnya ”ekstremisme” dan
”fundamentalisme” agama di Indonesia. Itu ditandai oleh munculnya kelompok
militan Islam, perusakan gereja, lahirnya sejumlah media penyuara aspirasi
”Islam militan”, serta penggunaan istilah ”jihad” sebagai dalil serangan.
Gerakan Islam Liberal ini
tentu saja banyak mendapatkan kritikan dari berbagai pihak, teruatama bagi
mereka yang ingin tetap menjaga ajaran Islam dari pengaruh paham-paham Barat
yang cenderung liberal dalam memahami teks agama. Pemikiran Islam Liberal telah
dianggap menodai ajaran islam, karena kitab suci dianggap sebagai produk
budaya, sehingga sakralitasnya pun menjadi nihil. Pemikiran Jacques Derida
dengan teori dekontruksi, nihilisme, strukturalisme ataupun Hermeneutika ala
Gadamer dan lain-lain, disamping juga pemikir Muslim Hassan Hanafi, Adonis,
Mahmud Muhammad Thaha, Nash Hamid Abu Zaid, Muhammad Syahrur dan lainnya,
nampaknya amat mempengaruhi pemikiran kaum muda yang mempunyai kegelisahan
terhadap perkembangan dunia pemikiran Islam pada saat ini.
Bergulatnya dunia pemikiran dalam Islam ini tentu
saja menjadikan warna tersendiri bagi perkembangan pemikiran Islam kontemporer
di Indonesia. Bahkan corak pemikiran yang disebutkan di atas kemungkinan masih
ada yang terasa kurang, karena
belakangan juga muncul istilah post-tradisionalis dan post-kolonialis. Semoga
dengan bercengkerama dengan berbagai corak pemikiran, menjadikan pola pemikiran
kita tidak sempit, rigid dan cenderung eksklusif. Semua pemikiran baik yang
berupa teks agama hasil penafsiran manusia merupakan produk pemikiran dan
produk sejarah. Turas bukanlah
kitab suci yang seakan terjaga sakralitasnya.
Wa Allah A’lam bi Shawab
0 Komentar